slide

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Study Lapang Penyuluh, Gapoktan dan Sekolah

Di P4S Persada Nusantara Lumajang juga menerima peserta untuk magang, Pelatihan, Study Lapang dan Kursus bagi Umum

Peserta Diklat Calon Magang Jepang

ini merupakan salah satu kegiatan yang ada di P4S Persada Nusantara Lumajang yang berupa pemberian Diklat bagi peserta yang akan magang di Jepang by P4S Persada Nusantara Lumajang

Budidaya Kambing

Kegiatan usaha pengembangan kambing baik PE dan Kaligesing.di P4S Persada Nusantara Lumajang

Budidaya Tanaman Hortikultura

Budidaya Tanaman Hortikultura dan Budidaya Tanaman Pangan juga diusahakan di P4S Persada Nusantara Lumajang

Jumat, 14 September 2012

Tehnologi Usaha Tani Sawah Tadah Hujan


Teknologi Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di Agroekosistem Dataran Rendah

Rata-rata produktivitas padi sawah di lokasi pengembangan padi sawah di Yahukimo berkisar 1-1,2 ton/ha GKG. Untuk meningkatan produktivitas dan mengurangi ketergantungan beras dari luar, maka BPTP Papua bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Yahukimo melakukan beberapa serangkaian pengkajian terhadap komoditas padi sawah ini.
Pada Tahun 2006 BPTP Papua melaksanakan kegiatan adaptasi varietas padi sawah dengan mengintroduksi 7 varietas unggul. Dari 7 varietas yang diuji, hanya varietas Memberamo dan varietas Ciherang dapat beradaptasi dengan produktivitas 3,7 t/ha GKG dan 4.2 t/ha GKG. MT 2007 dilanjutkan melakukan pengujian dosis pupuk. Penggunaan dosis pupuk Urea 250 kg/ha+SP 36 100 kg/ha+KCl 100 kg/ha memberikan produktivitas varietas Ciherang 4,6 t/ha GKG dan Memberamo 3,9 t/ha. Pada MT 2008 dilakukan kajian penentuan waktu tanam terhadap varietas memberamo dan ciherang. Waktu tanam yang terbaik adalah bulan Agustus dengan tingkat produktivitas 5,65 - 6,25 t/ha GKG. Pengkajian MT 2009 dilakukan kegiatan pengembangan varietas memberamo dan ciherang dengan waktu tanam bulan Agustus dan dosis pupuk rekomendasi kajian. Dari kegiatan ini 80% paket rekomendasi diadopsi petani di lokasi pengembangan padi sawah tadah hujan.
Sumber: BPTP Papua/ Badan Litbang Pertanian 

Inovasi Pola Tanam pada Lahan Sawah Tadah Hujan


Inovasi Pola Tanam pada Lahan Sawah Tadah Hujan

Peningkatan produktivitas lahan diantaranya dapat dilakukan melalui penerapan teknologi spesifik lokasi berdasarkan potensi sumberdaya domestik dengan memperhatikan aspek lingkungan. Peningkatan produktivitas di lahan sawah tadah hujan dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas per satuan luas dan peningkatan intensitas pertanaman. Rendahnya produktivitas dan intensitas pertanaman di lahan sawah tadah hujan disebabkan karena sumber air hanya tergantung pada curah hujan. Dengan demikian, pada lahan sawah tadah hujan yang memiliki curah hujan yang pendek maka penanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun, selanjutnya lahan dibiarkan bera.
Potensi lahan sawah di Desa Bojongkembar seluas 103 ha, dimana sekitar 90 ha merupakan lahan sawah tadah hujan. Permasalahan yang terjadi pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu pada awal tanam menyebabkan keterlambatan tanam pada musim tanam pertama (MT 1) karena debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi. Masa tanam pada MT 1 umumnya petani di lahan sawah tadah hujan menanam komoditas palawija (misal kacang tanah, dan jagung manis), selanjutnya pada MT 2 ditanami oleh padi sawah. Pada MT 3 sebagian petani ada yang kembali menanam padi (walaupun terkadang gagal panen/puso akibat kekeringan), dan sebagian lahan dibiarkan bera, sehingga indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan hanya dua kali (IP 200). Untuk meningkatkan indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan dilakukan dengan pemanfaatan lahan bera.
Implementasi teknologi dilakukan selama program pendampingan PRIMATANI tahun 2007 hingga 2009 oleh BPTP Jawa di Dusun Mekarsari, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi untuk meningkatkan indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan pada MT 3 dengan komoditas palawija (jagung komposit, ubi jalar dan kacang tanah). Inovasi teknologi yang telah dilakukan oleh Prima Tani Kabupaten Sukabumi adalah melalui perbaikan pola tanam di lahan sawah tadah hujan menjadi Padi Gora-Padi-Palawija atau Palawija-Padi-Palawija.
Sumber: BPTP Jabar/Badan Litbang Pertanian 

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Legowo Menambah Pendapatan Petani Padi


Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Legowo Menambah Pendapatan Petani Padi

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi di Jawa Barat telah dilaksanakan di lahan petani sejak tahun 2001 dan telah berkembang di 16 kabupaten. Hasil pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat memperlihatkan bahwa dengan pendekatan PTT, produktivitas padi per hektar meningkat sebesar 19,3% - 24,5%.
Sehingga petani yang menerapkan PTT Padi Legowo ini dapat memperoleh keuntungan sebesar 35-50% dibanding cara yang telah biasa dilakukan oleh petani," kata Kepala BPTP Jawa Barat Dr. I. Djatnika kepada Sinar Tani. Selain itu produktivitas lahan meningkat secara berkelanjutan.
Di lokasi Prima Tani di kabupaten Karawang, Jawa Barat, teknologi PTT Padi Legowo ini juga sudah diterapkan oleh 18 petani seluas 21 ha. Hasil produksinya menurut penanggungjawab kelembagaan Prima Tani Kabupaten Karawang Ir. Trisna Subarna, meningkat dari 4,17 ton/ha menjadi 4,89 ton/ha. Keuntungan petani naik dari hanya Rp 1,8 juta/ha menjadi Rp 2,8 juta/ha.

Komponen teknologi dengan model PTT padi legowo ini

Pertama Varietas Unggul Baru.
Varietas unggul baru, yang dianjurkan: Ciherang, Widas, Cimelati, Gilirang, Mekongga, Tukad Balian, Tukad Petani, Angke, dll.

Kedua, Penggunaan Benih Bermutu. Benih bermutu tinggi, yaitu: kemurnian dan daya kecambahnya lebih besar dari 90%. Pilih benih yang bersertifikat atau berlabel biru.
Ketiga, Penanaman Bibit Muda dan Tunggal. Penanaman bibit muda dan Tunggal adalah bibit padi berumur 10-20 HSS, dengan penanaman 1-2 bibit per rumpun. Dengan cara ini maka akan menghemat penggunaan benih hingga 50%.
Keempat, Sistem Tanam Jajar Legowo. Baris tanaman Legowo yang dianjurkan adalah Legowo 2:1. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 50 x 25 x 12,5 cm, 50 x 25 x 15 cm, dan 40 x 20 x 15 cm, sesuai dengan kesuburan tanah dan varietas padi yang ditanam.

Kelima, Penggunaan Bahan Organik. Gunakan pupuk organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/hektar, seperti: kompos jerami, pupuk hijau, kotoran sapi atau ayam.

Keenam, Pengairan Berselang. Pengairan berselang bertujuan meningkatkan efisiensi dan menekankeracunan seperti besi (Fe): Airi sawah sedalam 5 cm sampai menjelang pemberian pupuk dasar (7-10 HST). Waktu pemberian pupuk air macak-macak.

Satu hari setelah pemberian pupuk dasar, airi sawah kembali sedalam 5 cm, kemudian biarkan mongering dengan sendirinya (selama 5-6 hari). Setelah permukaan retak, langsung sawah diairi kembali sedalam 5 cm.

Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia berbunga. Mulai stadia berbunga airi tanaman terus menerus setinggi 5 cm. Keringkan air sekitar 2 minggu menjelang panen.

Ketujuh, Pemupukan. Pupuk dasar N,P,K, pemupukan pertama atau basal dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari. Dosis pupuk sesuai dengan rekomendasi analisis status hara tanah. Gunakan Bagan Warna Daun (BWD) untuk menentukan waktu memupuk urea berikutnya. Beri urea sebanyak 75-100 kg/ ha pada musim hasil tinggi dan 50-75 kg/ha pada musim hasil rendah jika warna daun padi berada di bawah nilai kritis (skala 4).

Kedelapan, Pengendalian Hama dan Penyakit. Dalam pengendalian hama penyakit metode yang digunakan adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
 
Sumber : SINAR TANI Edisi 13 - 19 Desember 2006 

CAPLAK RODA PADA TANAMAN PADI


CAPLAK RODA PADA TANAMAN PADI

Kemudahan dan efektivitas yang tinggi dalam menanam padi sangat dibutuhkan oleh petani. Teknologi caplak biasa merupakan alternatif yang telah banyak dikembangkan petani, namun umumnya masih belum optimal membantu petani. Teknologi Caplak Roda dirancang untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan pola garis tanam padi pada lahan sawah, sehingga dapat menghemat tenaga kerja bagi petani. Ukuran diameter roda 19,1 cm dan jarak antar roda 20 dan 40 cm, akan membentuk pola garis tanam padi {(20 x 20) x 40} cm sesuai rekomendasi pada penanaman yang optimal. Posisi tangkai Caplak Roda yang digeser 10 - 12 cm, sehingga sejajar dengan roda untuk pembentuk lorong.
Keunggulan Teknologi Caplak Roda ini jika dibandingkan dengan teknologi Caplak biasa yaitu: a) dapat menghemat tenaga kerja untuk pembuatan pola garis tanam mencapai 50%, b) dapat membentuk pola garis tanam padi untuk sistem tanam Legowo 4:1, c) bidang tanam tidak terinjak pada saat pembuatan pola garis tanam padi sehingga penanamannya menjadi lebih mudah dilakukan, d) sesuai digunakan pada petakan sawah yang luas dan sangat sesuai untuk petakan sawah yang sempit dan berkelok, dan e) dapat dilipat, sehingga Caplak Roda mudah dibawa dan disimpan pada tempat yang relatif sempit.
Penerapan teknologi Caplak Roda dapat memudahkan dan mempercepat petani untuk mengadopsi sistem tanam Legowo 4:1 yang memiliki populasi tanaman optimal, sehingga berpotensi meningkatkan produksi padi. Ukuran jarak tanam yang tepat menjadikan pertanaman teratur sehingga memudahkan dalam pembuatan petak ubinan guna memperkirakan produksi padi yang akan dicapai.
Sumber : BTPT Bengkulu/Badan Litbang Pertanian 

Unit Pembibitan Padi Mekanis Hemat Lahan


Unit Pembibitan Padi Mekanis Hemat Lahan

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Persemaian konvensional dilaksanakan sebelum tanam dan dilakukan di sebagian petak sawah (4%) dari total areal tanam sesuai kebutuhan benih sekitar 25 kg/ha. Dengan cara demikian areal tanam harus digunakan selama lebih dari 20 hari untuk dapat ditanami, yaitu sampai bibit siap dipindahkan. Ada tiga pola dalam penyiapan bibit secara manual, yaitu dilaksanakan secara perorangan, dilaksanakan secara berkelompok atau dilaksanakan oleh pengusaha bibit.
Pola pertama pembibitan padi dilakukan oleh petani perorangan pada masing-masing lahannya. Pola ini dijumpai hampir di seluruh lokasi dan menempati porsi antara 70% - 100% dari total cara pemeliharaan persemaian. Pola penanaman bibit ini baru dapat dilaksanakan di lapang setelah bibit siap tanam. Dengan demikian terjadi kelambatan tanam selama lebih dari 20 hari tiap musim. Konsekuensinya terjadi kelambatan panen dan tanam musim kedua. Petani di beberapa daerah di Jawa Tengah melaksanakan pola pembibitan berkelompok. Dengan pola ini lahan yang mendapatkan air lebih awal dipakai sebagai areal persemaian untuk seluruh anggota kelompok.
Pola ketiga adalah pembibitan secara komersial. Seseorang mengusahakan arealnya untuk ditanami bibit sampai siap tanam dan dijual kepada petani yang memerlukan. Kedua pola terakhir tersebut petani mendapatkan bibit tepat waktu dan dapat mengikuti jadwal tanam/musim.
Unit Pembibitan Padi Mekanis

Untuk memenuhi kebutuhan bibit padi tepat waktu maka unit pembibitan padi hemat ahan bisa dijadikan salah satu solusinya. Industri pembibitan padi ini merupakan unit yang terdiri dari atas mesin penyediaan tanah, unit perendam dan pemeram benih dan mesin penabur benih dan tanah serta pemeliharaan persemaian sampai bibit siap untuk ditanam.

Bagian-bagian utama unit pembibitan mekanis terdiri atas : a). Mesin penuang tanah dan penakar benih. Bagian ini berfungsi membawa kotak bibit dan menuang serta penakar tanah sebanyak 3 kg/kotak dan benih sebanyak 200 gr/kotak untuk diisikan kedalam kotak bibit (persemaian), berukuran 60 x 30 cm dengan kapasitas pengisian sebanyak 100 kotak/ jam.
Bagian utama lainnya, b). Rak pemeliharaan persemaian yang berfungsi sebagai tempatpemeliharaan persemaian dengan metode penyiraman yang dilengkapi dengan penyiraman curah yang dioperasikan secara otomatis oleh pompa air berkapasitas 40 l/menit. Rak terdiri 5 tingkat yang dapat menampung 100 kotak bibit.
 
Keunggulan Persemaian Padi Mekanis Hemat Lahan
 
Dengan menggunakan sistem pembibitan ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem pembibitan konvensional, yaitu : a). Persemaian dapat dipelihara di luar areal tanam/sawah dengan penyiraman (hemat lahan dan air), b). Mengurangi resiko kegagalan karena banjir di lahan sawah, c). Pengendalian hama dan penyakit serta pertumbuhan lebih mudah dan d). Dapat mengikuti jadwal air/percepatan musim tanam.
 

Sumber : SINAR TANI Edisi 26 April - 2 Mei 2006 

PERSIAPAN LAHAN PADI SAWAH TOT


PERSIAPAN LAHAN PADI SAWAH TOT

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Dalam penanaman padi sawah sistem TOT ini persiapan lahan merupakan kegiatan pengganti pengolahan tanah. Jadi, persiapan lahan harus dilakukan dengan baik agar tanaman dapat tumbuh bagus dan berproduksi tinggi.

Jika. dihitung dari waktu panen padi musim sebelumnya maka persiapan lahan sudah dimulai pada saat panen. Padi yang sudah masak dipotong batangnya pada ketinggian 20 cm dari atas tanah. Sisa tanaman padi ini dibiarkan saja di petakan sawah. Tak perlu dibakar atau dibuang. Rumput atau gulma pun dibiarkan saja.

Air yang tersisa dikeluarkan agar petakan sawah menjadi kering. Bagian pematang sawah tempat saluran air ke luar perlu dibuka sementara bagian pematang tempat air masuk ditutup. Kondisi lahan kering beserta singgang dan gulmanya ini dibiarkan selama 2-3 minggu.

Penyemprotan herbisida dilakukan setelah singgang berumur 2-3 minggu, tanah dalam keadaan kering, dan dilakukan jika kondisi cuaca cerah. Gunakan herbisida pasca tumbuh, seperti merk Polaris dengan dosis 5 1 per ha. Biasanya untuk penyemprotan digunakan alat semprot punggung bernosel biru. Dalam 1 petakan lahan dapat dilakukan penyemprotan oleh beberapa tenaga kerja, misalnya 4-6 orang sekaligus agar penyemprotan dapat berlangsung rapi dan efektif. Selesai disemprot lahan dibiarkan selama 5-7 hari agar herbisida bereaksi ke singgang dan gulma yang tumbuh di petakan sawah.

Dari berbagai hasil penelitian, selain Polaris, jenis herbisida pasca tumbuh yang dapat digunakan untuk sistem penanaman tanpa olah tanah ini ialah Spark dan Bimastar. Dosis pemakaian Spark biasanya berkisar antara 8-.10 1 per ha. Dosis pemakaian Bimastar 5-7 1 per ha. Dosis pemakaian Polaris juga 5-7 1 per ha. Penentuan jenis dan dosis herbisida untuk lahan baru (padi musim pertama) tergantung dari jenis dan ketebalan gulma. Untuk lebih pastinya perlu dikonsultasikan dengan penyuluh pertanian setempat.

Setelah 5-7 hari dari penyemprotan herbisida, gulma mulai tampak menguning atau mati. Saat inilah air mulai dimasukkan kembali ke dalam petakan sawah. Air tak perlu terlalu tinggi dari permukaan tanah, cukup 2-5 cm saja. Pemberian air perlu diawasi agar muka air dapat dipertahankan tidak lebih dari 5 cm. Lama perendaman ini sekitar 5-7 hari, tergantung dari kekerasan tanahnya. Tiga hari sebelum perendaman berakhir, berikan herbisida pra tumbuh, misalnya Ronstar dengan dosis 5 1 per ha. Perendaman dibiarkan selama 3 hari agar herbisida secara efektif mematikan biji-biji gulma. Selam itu tujuan perendaman adalah agar tanah cukup lunak untuk penanaman.

Usai perendaman, kondisi petakan sawah menjadi macak-macak dan slap ditanami. Bibit hasil semaian sudah dapat langsung ditanam. Namun, jika dirasa mengganggu singgang atau gulma yang telah mati dapat direbahkan, dibabat, atau dibenamkan ke dalam tanah.

( sumber : Bertanam padi sawah tanpa olah tanah/ Prof. Dr. Muhajir Utomo, Ir. Nazaruddin) 

PERSEMAIAN PADI SAWAH TOT


PERSEMAIAN PADI SAWAH TOT

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Persemaian hanya dilakukan pada sistem TOT dengan transplanting. Pada TOT sistem tabela, persemaian tidak perlu dilakukan.

Waktu untuk melakukan persemaian ialah 21-25 hari sebelum tanam. Persemaian ini sebaiknya dilakukan di lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Maksudnya agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi persemaian jauh maka bibit yang diangkut dapat stres. Bahkan, bila harus menunggu waktu tanam yang agak lama bibit dapat mati.

Untuk benih sebanyak 25-30 kg yang akan ditanam dalam 1 ha lahan sawah, luasan bedengan persemaian yang dibutuhkan 1 are atau 100 m2. Jika ukuran petakan sawah biasanya sekitar 50 x 100 m, maka luas bedengan persemaian dapat menggunakan seperlima bagaian dari satu petakan sawah saja.

Lahan calon persemaian perlu diolah terlebih dahulu. Biasanya dilakukan pembajakan atau pencangkulan 3 kali agar tanah berlumpur dan tidak lagi terdapat bongkahan. Lahan yang sudah halus lumpurnya lalu dipetak-petak dengan ukuran 1 x 10 m, berarti untuk bibit sebanyak di atas ada 10 petak persemaian kecil-kecil. Antarpetak dibuat park atau jarak selebar 30 cm. Petakan kecil memanjang dengan park ini dimaksudkan juga agar mempermudah mengatur kelebihan air. Seperti diketahui saat awal pembibkan, kecambah yang baru tumbuh perlu memperoleh kelembapan yang cukup tetapi bukan berupa genangan.

Benih-benih yang sudah berkecambah ditebar di persemaian secara hati-hati. Usahakan penyebarannya merata agar benih yang tumbuh tidak salmg bertumpukan. Benih tidak perlu benar-benar terbenam ke tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi patogen penyebab busuk kecambah.

Kecambah akan tumbuh dengan cepat setelah ditebar di persemaian. Hingga umur satu minggu kebutuhan hara masih disuplai oleh kandungan makanan dalam keping biji. Setelah itu bedengan persemaian seluas 1 are diatas perlu ditabur 2,5 kg Urea, 1 kg TSP, dan 1 kg KCl.

( sumber : Bertanam padi sawah tanpa olah tanah/ Prof. Dr. Muhajir Utomo, Ir. Nazaruddin) 

Penggunaan Cara Tanam Legowo dalam PTT Padi Sawah


Penggunaan Cara Tanam Legowo dalam PTT Padi Sawah

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Komponen pendukung PTT dapat dibagi menjadi komponen dasar dan pilihan. Komponen dasar merupakan komponen yang sangat dianjurkan, sedangkan komponen pilihan merupakan komponen yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat. Komponen dasar, terdiri dari:
1. Varietas unggul baru, hibrida atau inbrida;
2. Benih bermutu dan berlabel;
3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos;
4. Pengaturan populasi secara optimum;
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (dengan BWD);
6. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT).
Komponen pilihan, terdiri dari:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam;
2. Penggunaan bibit muda (<21 hari) bila kondisi lahan tidak banyak ditemui hama keong mas;
3. Tanam bibit 1-3 batang per rumpun;
4. Pengairan secara efektif dan efisien (pegairan berselang atau intermittent);
5. Penyiangan dengan landak atau gasrok;
6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontokkan.

Pengaturan Populasi Tanaman
Salah satu komponen dasar dalam PTT yang dapat menjadi penentu dalam meningkatkan hasil panen adalah pengaturan populasi tanaman. Pengaturan populasi antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan jajar legowo. Sampai batas tertentu, semakin tinggi populasi tanaman maka semakin banyak jumlah malai per satuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen.

Tanam Jajar Legowo, Apa dan Bagaimana?
Tanam jajar legowo adalah pengosongan satu tanaman, sehingga dikenal legowo 2:1 apabila satu baris kosong diselingi oleh dua baris tanaman padi atau 4:1 bila diselingi empat baris tanaman. Sebagian besar petani masih beranggapan bahwa tanam jajar legowo adalah suatu model pertanaman dengan pengosongan satu baris tanaman tetapi jarak antar tanaman ke dalam tidak dirapatkan.
Pengaturan pola tanam tersebut tidak akan bermakna karena jumlah populasi tanaman dalam lahan tersebut tidak meningkat. Tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi tanaman dan cukup efektif mengurangi serangan hama tikus, keong mas dan keracunan besi.
Keuntungan Sistem Legowo
1. Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir atau border effect),
2. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah karena sistem ini menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi,
3. Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 

Apa Itu Padi TABELA?


Apa Itu Padi TABELA?

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Sistem tanam padi tabela yang sedang dikembangkan yaitu sistem larikan searah atau sejajar. Tanah sawah yang akan ditanami padi tabela diupayakan dalam keadaan melumpur, jenuh- air, dan tidak tergenang air. Penanaman padi tabela sebaiknys ditunda bila hujan deras. Penanaman benih langsung tersebut dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan atabela.
a. Prinsip bertanam manual
Alat caplak (goretan) diletakkan di bagian tepi pematang, kemudian ditarik lurus ke depan dan berhenti di pematang yang lain. Kegiatan tersebut terus dilanjutkan sehingga seluruh petakan sawah terbagi oleh alur-alur yang sejajar. Untuk memperoleh alur yang sejajar dua arah, digunakan caplak putar.
Benih padi yang sudah direndam dan diperam dimasukkan ke dalam kantong atau bakul. Penanaman dilakukan dengan cara benih ditabur (wuwur) pada alur-alur yang telah tersedia atau di dap titik pertemuan alur.
b. Prinsip bertanam dengan tabela
Atabela diletakkan di tepi sawah. Bak penampung (hopper) diisi dengan benih padi yang telah diperam semalam. Atabela kemudian ditarik lurus ke depan. Secara otomatis, benih akan keluar melalui rol penakar benih, kemudian jatuh pada alur di dalam tanah. Dengan cara ini, tanaman padi akan tumbuh pada alur searah dengan jarak yang tidak sama.
(Sumber: Budidaya Padi Sawah TABELA/Ir. Setijo Pitojo) 

Cara Pemanenan Padi Tabela


Cara Pemanenan Padi Tabela

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Panen padi tabela pada prinsipnya sama dengan panen padi sawah. Oleh karena pertanaman padi tabela tumbuh rapat maka jumlah tanaman dan malai per satuan luas lebih banyak dibanding padi sawah. Kerapatan tanaman tersebut cenderung mempengaruhi panjang malai sehingga jumlah gabah padi tabela per malai relatif kurang, dibanding gabah pada malai padi sawah. Pertanaman padi yang rapat dan tumbuh meninggi serta tanaman padi yang berbatang lemah cenderung mudah rebah
.
Pada panen padi tabela perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu saat panen, cara, panen, dan pengangkutan.

1. Saat panen
Waktu panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen cersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir kapur.

Panen padi unmk konsumsi biasanya dilakukan pada saat masak optimal. Adapun panen padi untuk benih memerlukan tambahan waktu agar pembentukan embrio gabah sempurna.

Saat panen di lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Di dataran rendah, saat panen umumnya lebih cepat dibanding di dataran dnggi. Pada musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Bila dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa.

Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat dipanen pada umur antara 80-110 hari setelah tanam.

Kriteria tanaman padi yang siap dipanen adalah sebagai berikut.
1) Umur tanaman telah mencapai umur yang tertera pada deskripsi varietas tersebut.
2) Daun bendera dan 90 bulir padi telah menguning.
3) Malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir yang bernas.
4) Butir gabah terasa keras bila ditekan. Apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila digigit. Biasanya gabah tersebut memiliki kadar air 22-25.

2. Cara panen
Cara panen berbeda-beda tergantung kebiasaan serta tingkat adopsi teknologi petani. Namun, umumnya panen .dilakukan dengan cara memotong batang berikut malainya. Batang padi dtpotong pada bagian bawah, tengah, atau atas dengan menggunakan sabit gerigi.

Hasil panen ditampung dalam kantungmplastik, goni, deklit:, atau bagor sebelum diangkut ke tempat perontokan.

3. Pengangkutan
Hasil panen padi biasanya ditumpuk di beberapa tempat. Hasil panen tersebut kemudian dikemas dan diangkut kg satu tempat untuk memudahkan perlakuan panen selanjutnya.
sumber : Budidaya Padi sawah tabela/Ir. Setijo Pitojo 

Penyulaman, Pengolahan Tanah ringan, dan Penyiangan Pada Padi Organik


Penyulaman, Pengolahan Tanah ringan, dan Penyiangan Pada Padi Organik

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
PENYULAMAN
Meskipun bibit berasal dari benih terseleksi dan ditanam dengan cara benar, tetapi tetap saja ada beberapa di antaranya kemungkinan tidak tumbuh. Oleh karena itu, bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Bila lebih lama, masaknya padi akan tidak serentak.

PENGOLAHAN TANAH RINGAN
Sekitar 20 hari setelah tanam, biasanya petani melakukan pengolahan tanah ringan. Alat untuk pengolahan tanah ringan disebut sorok, yaitu semacam garpu kayu bergigi paku yang sudah ditumpulkan selebar kira-kira 15 cm dan bertangkai. Ujung sorok diarahkan ke tanah di sekitar tanaman dan ujung lainnya dipegang petani. Dengan gerakan maju mundur sambil sedikit ditekan, tanah di sela tanaman akan menjadi gembur oleh ujung sorok.

Tujuan pengolahan tanah ringan adalah agar terjadi pertukaran udara, yaitu oksigen masuk ke dalam tanah dan gas-gas yang terbentuk dalam keadaan anaerobik di dalam tanah dapat menguap. Gas-gas anaerobik tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman. Oleh karena itu, air harus dikeluarkan dari lahan saat pengolahan tanah ringan agar pertukaran gas dalam tanah sebagai tujuan olah tanah ringan ini dapat tercapai. Ini disebabkan air yang menggenangi lahan dapat menghalangi proses pertukaran gas.

Pengolahan tanah ringan biasanya dilakukan sekitar seminggu sebelum penyiangan pertama. Antara pengolahan tanah ringan dan penyiangan pertama harus diberi jarak waktu sekitar seminggu. ini disebabkan biasanya sesudah pengolahan tanah ringan tanaman menjadi sedikit stres karena beberapa akarnya terputus oleh gerakan

PENYIANGAN
Lahan yang diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai macam benih tanaman pengganggu atau gulma. Namun, kenyataannya masih saja tumbuh tanaman liar atau tanaman pengganggu seiring dengan tumbuhnya tanaman padi. Tanaman liar tersebut bersaing dengan tanaman padi datam memperoleh zat hara dari dalam tanah. Oleh karena itu, penyiangan sangat diperiukan agar tanaman padi dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya menjadi tinggi.

Cara penyiangan
Dalam pertanian konvensional, gulma biasanya diatasi dengan penggunaan herbisida kimia. Herbisida ini disemprotkan sebelum tanam sehingga saat tanaman padi tumbuh, lahan sawahnya sudah terbebas dari berbagai jenis tanaman pengganggu. Namun, karena pertanian organik meniadakan penggunaan herbisida sintetis atau kimia maka penyiangan merupakan satu-satunya cara mengatasi gulma.

Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma. Gulma yang sudah dicabut dapat dibuang ke luar area! sawah atau dipendam dalam lumpur sawah sedalam-dalamnya. Dalam satu musim tanam, dilakukan tiga kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar empat minggu, kedua umur 35 hari, dan ketiga umur 55 hari. Pada penyiangan kedua dan ketiga, pengolahan tanah ringan tidak perlu dilakukan lagi.

(Sumber : Budidaya Padi Secara Organik/ Drs. Agus Andoko) 

Menyiapkan Lahan Penanaman Padi Organik


Menyiapkan Lahan Penanaman Padi Organik

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus. selain kuhalusan tanah ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka akan makin banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.

Butiran tanah yang lunak dan halus ini lazim disebut koloid. Di dalam koloid ini terikat bermacam-macam unsur hara yang penting bagi tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Oleh karena itu, bila pengolahan tanah sawah makin sempurna maka makin halus tanah tersebut sehingga jumlah koloid tanah makin banyak. Akibatnya, unsur hara yang terikat akan makin banyak sehingga tanah makin subur.

Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah memperbaiki pematang sawah. Perbaikan pematang sawah dilakukan dengan cara ditinggikan dan lubang-lubang ditutup kembali. Adanya lubang memungkinkan air dapat keluar dari lahan. Padahal, lahan penanaman ini harus tergenang air selama seminggu sebelum pengolahan tanah selanjutnya.

Setelah direndam selama seminggu, biasanya tanah sudah lunak dan pembajakan dapat segera dilakukan. Pembajakan sawah dapat menggunakan traktor atau cara tradisional dengan tenaga hewan (biasanya memanfaatkan kerbau). Kedua cara tersebut dapat dipilih asalkan tujuan pembajakan dapat tercapai, yaitu pembalikan tanah. Selain untuk pembalikan tanah, pembajakan pun bermanfaat untuk memberantas gulma. Dengan pembajakan, tanaman pengganggu dan bibi-biji padi akan terbenam dan terurai.

Dari dua pilihan cara pembajakan sawah, menurut pengalaman petani padi organik, cara pembajakan secara tradisional memberikan hasil lebih baik. Mungkin hal ini terjadi karena mata bajak tradisional akan lebih dalam masuk ke dalam tanah sehingga pengolahan menjadi lebih sempurna. Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas. Pada kedalaman tertentu, produksi padi akan maksimal seperti tampak pada TabeI 1.

Dari Tabel 1 tampak bahwa makin dalam pengolahan tanah maka makin bagus produktivitas padi yang ditanam. Namun demikian, pada kedalaman 32 cm hasilnya justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan bunga tanah (top soil) yang merupakan lapisan tanah subur memang terbatas. Pengolahan tanah terbaik adalah pada kedalaman sekitar 30 cm.

Setelah dibajak, tanah sawah kembali dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang air. Penggenangan air ini dilakukan agar proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Seminggu kemudian tanah dapat dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi makin kecil. Pembajakan kedua ini pun dapat diganti dengan pencangkulan. Prinsip pembajakan kedua ini adalah agar bongkahan tanah menjadi makin kecil.

Pada pembajakan yang kedua ini pemberian pupuk dasar dapat dilakukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang matang sebanyak 5 ton/ha lahan sawah. Pemberian pupuk kandang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga menyatu dengan tanah.

Sebelum pembajakan sawah kedua, pemberian pupuk dasar dapat dilakukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang matang sebanyak 5 ton/ha sawah. Pemberian pupuk kandang ini dilakukan dengan cara ditebarkan merata ke seluruh permukaan lahan, lalu dibiarkan selama empat hari. Empat hari kemudian tanah dibajak agar menyatu dengan pupuk kandang.

Lahan yang sudah dibajak kedua kalinya dibiarkan tergenang kembali selama empat hari. Empat hari kemudian, lahan digaru dengan cara tradisional (garu yang ditarik dengan kerbau) atau cara modern (dengan traktor). Penggaruan tanah bertujuan agar tanah menjadi rata dan rerumputan yang masih tertinggal dapat terbenam ke dalam tanah.

Setelah itu, kembali lahan dibiarkan tergenang selama empat hari. Empat hari setelah digaru, tanah sudah menjadi lumpur halus dan pupuk kandang sudah menyatu sempurna dengan tanah. Pada saat ini penanaman bibit dapat dilakukan. Namun, bila lahan belum menjadi lumpur halus maka proses pelumpuran dapat kembali dilakukan. Caranya, tanah diinjak-injak sedemikian rupa sehingga benar-benar menjadi lumpur halus. Penginjakan tanah ini pun bertujuan agar permukaan tanah menjadi rata sehingga proses penanaman bibit akan mudah dilakukan. Setelah lahan benar-benar dalam kondisi siap tanam, di tengahnya dibuatkan alur memanjang sepanjang lahan dengan lebarsekitar 50 cm sebagai saluran keluar masuknya air.
TABEL 1. PENGARUH KEDALAMAN PENGOLAHAN TANAH TERHADAP HASIL PANEN
 Kedalaman Pengolah Tanah (Cm) Hasil Panen (g/rumpun)
 8
12
16
20
24
28
32
 12,4
18,2
20,8
23,2
26,4
27,9
27,5
Sumber: Hadrian Siregar, 1987
 (Sumber : Budidaya Padi Secara Organik/ Drs. Agus Andoko) 

Penanaman Padi Organik


Penanaman Padi Organik

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit di persemaian sudah memenuhi syarat maka penanaman dapat segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama penyakit, serta jenisnya seragam.

Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas. Varietas genjah (100-115 hari), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18-21 hari. Varietas sedang (sekitar 130 hari), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 21-25 hari. Sementara varietas dalam (sekitar 150 hari), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 30-45 hari.

Jarak tanam di lahan pun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila tanah sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibanding kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani di Indonesia adalah 25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm.

Jumlah bibit yang dimasukkan ke dalam setiap "dapur" atau rumpun adalah 3-4, tergantung kondisi bibit dan sifat varietas. Bila kondisi bibitnya kokoh dan sehat serta varietasnya berumpun banyak maka setiap rumpun cukup ditanam sebanyak tiga bibit saja. Namun, bila keadaan bibitnya kurang kokoh dan varietasnya merumpun sedikit maka setiap rumpunnya sebanyak empat bibit.

Umumnya sebagian besar petani di Indonesia kurang memperhatikan kedalaman bibit saat dibenamkan ke lahan. Kedalaman yang sering digunakan hanya didasarkan pada pengalaman selama bertahun-tahun menjadi petani. Di banyak tempat sering terjadi bibit dibenamkan terlalu dalam, teriebih pada tanah yang melumpur lunak sempurna. Padahal bibit yang terlalu dalam dibenamkan akan berakibat pada berkurangnya jumlah anakan tanaman. Ini terjadi karena semakin dalam pembenamannya maka akan semakin kurang suhu tanahnya sehingga mata tunas yang ada di bagian bawah bibit tidak akan memperoleh rangsangan untuk membentuk anakan.

Tabel 2 menunjukkan pengaruh kedalaman pembenaman bibit terhadap hasil panen.Dari Tabel 2 tampak bahwa produktivitas tertinggi dicapai pada pembudidayaan padi dengan bibit yang ditanam sedalam 5 cm. Oleh karena dalam praktik sulit menentukan kedalaman bibit 5 cm maka sebagai patokan adalah bibit sudah terbenam sekitar dua buku jari tangan.

TABEL 2. PENGARUH KEDALAMAN PEMBENAMAN BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS
 
Kedalaman Jumlah Bulir/Rumpun Hasil Gabah/1,5m2
2,5cm
5,0cm
7,5cm
9,7
9
8,7
1,08kg
1,10kg
0,98kg
 
 
(Sumber : Budidaya Padi Secara Organik/ Drs. Agus Andoko) 

Pemilihan Varietas, Penyiapan Lahan dan Persiapan Bibit Padi Hibrida


Pemilihan Varietas, Penyiapan Lahan dan Persiapan Bibit Padi Hibrida

Pada dasarnya hasil gabah ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu faktor tanah, tanaman dan lingkungan (ikiim). Faktor yang disebut terakhir merupakan faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia seperti radiasi matahari, curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi, dan lain lain. Sementara itu faktor tanah dan tanaman dapat dimodifikasi agar sesuai dengan target usahatani. Faktor tanah dapat diupayakan agar cocok untuk tanaman padi dengan perlakuan penambahan bahan organik, irigasi berselang sehingga suplai oksigen untuk perkembangan perakaran menjadi lebih optimal, pemberian hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan lain lain. Sementara itu faktor tanaman dimodifikasi melalui perakitan varietas berdaya hasil tinggi, respon terhadap pemupukan, daun tanaman tegak sehingga dapat menangkap sinar matahari lebih banyak, dan lain-lain.
Penyiapan lahan
Prinsip penyiapan lahan adalah menyediakan media untuk tumbuh tanaman sebaik mungkin. Untuk itu pengolahan tanah sebaiknya dilakukan dua kali agar diperoleh pelumpuran tanah yang sempurna. Adapun tahapan dalam pengolahan tanah antara lain :
Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10-20 cm), sebelumnya tanah digenang air selama 1 minggu untuk melunakkan tanah. Galengan dibersihkan dengan cangkul dan dipopok, agar air pada petakan tidak hilang melalui rembesan.
Setelah tanah diolah, digenangi air dan dibiarkan selama 1 minggu
Tanah diolah kembali dengan bajak rotari sampai melumpur dan dilanjutkan dengan perataan tanah sampai siap tanam.
 
Persiapan pembibitan
Pada waktu pengolahan tanah pertama, dilakukan pengolahan tanah untuk pembibitan. Luas lahan untuk pembibitan sebesar 4 dari luas yang akan ditanami. Contoh bila luas yang akan ditanami sebesar satu hektar, maka luas tanah untuk pembibitan seluar 400 m2.
Benih, sehari sebelum ditebarkan direndam dalam larutan air garam 3 (30 g garam dapur/1 liter air). Cara sederhana untuk memperkirakan ketepatan jumlah pemberian garam, dilakukan dengan mengambil air bersih dalam ember, kemudian ditenggelamkan 1 buah telur mentah (ayam/bebek), ditambahkan garam ke dalam ember, diaduk-aduk sambil terus ditambahkan garam sampai telur mengapung di permukaan air. Telur kemudian diambil dan digantikan dengan benih untuk direndam selama 24 jam. Benih mengapung tidak digunakan sebagai benih dan dibuang sedang benih yang tenggelam dijadikan sebagai benih yang akan ditebar. Tujuan perendaman dalam air garam adalah untuk mengetahui kebernasan benih dan daya tumbuh benih. Kebutuhan benih apabila padi ditanam satu bibit/lubang tanam adalah 15 kg, sedangkan normalnya 25 kg apabila pertanaman satu hektar ditanam 3-4 bibit/ lubang tanam.
Benih setelah direndam dalam larutan garam ditiriskan dan didiamkan selama 24 jam sebelum ditebar ke tempat persemaian. Pesemaian sebaiknya ditebari dengan pupuk kandang 2 kg/m2 agar pada saat pencabutan kelak menjadi lebih mudah. Benih ditebar secara merata dan tidak saling menindih di tempat persemaian dengan bedengan ukuran panjang 10 - 20 m, lebar 1,0 - 1,2 m, tinggi bedengan 5 - 10 cm dari permukaan tanah. Antar bedengan dibuat selokan sedalam 25 - 30 cm. Pada saat 7 hari setelah tebar pesemaian dipupuk dengan Urea sebanyak 20-40 g/m2. Pada saat akan pindah tanam, bibit dicabut dengan hati-hati kemudian tanah yang menempel pada akar dibersihkan. (Sumber: Pedoman Pelaksanaan SLPTT Padi Hibrida, BBPT Padi) 

Cara Pembenihan Padi Organik yang Baik


Cara Pembenihan Padi Organik yang Baik

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu di tempat lain. Pembenihan pada budi daya padi secara organik pada dasarnya tidak berbeda dengan pembenihan pada budi daya padi biasa.

Seleksi benih
Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan dengan benar. Semua usaha perawatan tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan bila yang ditanam adalah benih jelek. Untuk itulah, seleksi benih harus dilakukan dengan cermat dan sebaik-baiknya.

Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baik pun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harus mencapai 90%. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat, kekar, kokoh, dan pertumbuhan seragam.

Kebutuhan benih
Salah satu kebutuhan yang umum dilakukan petani Indonesia, tetapi sudah dianggap biasa adalah penggunaan benih yang berlebihan. Petani biasanya menyediakan benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan ditanaminya.

Perhitungan sederhana berikut membuktikan bahwa jumlah benih tersebut jauh di atas kebutuhan sebenarnya. Dengan asumsi jarak tanam rata-rata 25 cm x 25 cm maka setiap hektar sawah dapat memuat 160.000 rumpun bibit padi. Bila setiap rumpun terdiri dari rata-rata 4 bibit padi maka jumlah butir gabah yang diperlukan sebanyak 640.000. Berat gabah bernas sebanyak itu hanyalah sekitar 20-25 kg saja. Dengan asumsi daya tumbuh 90% maka jumlah benih yang dibutuhkan maksimal hanya 30 kg.

Berlebihnya penyediaan benih padi juga berpengaruh terhadap mutu bibit padi yang dihasilkan. Oleh karena terlalu banyak maka saat ditebar di atas persemaian, benih-benih tersebut akan tersebar sangat berdekatan atau bahkan berimpitan satu dengan lainnya. Akibatnya, bibit akan tumbuh saling berjejal sehingga sinar matahari tidak dapat menembus ke sela-selanya. Kondisi ini dapat menjadikan bibit tumbuh memanjang dan lemah sehingga saat dipindahkan ke lahan akan ada banyak yang mati.

Untuk memperoleh bibit yang sehat dan kokoh, jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 g/m2. Dengan jumlah tersebut benih akan tersebar dalam jarak yang cukup untuk memberikan keleluasaan bagi bibit tumbuh sehat dan kokoh. Dalam perhitungan lebih lanjut, perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100. Artinya, bila sawah seluas 1 hektar maka bagian sawah sebagai tempat pembenihan cukup sekitar 35 m .

Penyiapan tempat pembenihan
Menyiapkan tempat pembenihan pada prinsipnya sama dengan menyiapkan lahan penanaman. Bagian sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kira-kira 30 cm. Selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan selanjutnya diinjak-injak sampailumer. Bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg setiap 35 m2 dengan cara ditebar merata. Selanjutnya pupuk kandang tersebut diinjak-injak sehingga menyatu dengan tanah. Bila tanah tidak cukup subur (dapat dilihat dari tingkat kesuburan tanaman sebelumnya), jumlah pupuk kandang yang diberikan dapat ditingkatkan menjadi 100 kg per 35 m2. Cara pemberiannya sama dengan pada tanah subur.

Pada keempat sisi dan tengah tempat pembibitan, harus dibuatkan parit sebagai tempat untuk mengeluarkan kelebihan air. Parit sangat dibutuhkan karena air yang menggenang cukup tinggi di persemaian akan berakibat turunnya mutu bibit yang dihasilkan. Salah satu akibatnya adalah pertumbuhan perakaran bibit tidak sempurna karena suhu di dalam tanah terlalu rendah. Penyiapan tempat untuk pembibitan ini dilakukan kira-kira seminggu sebelum benih disebarkan.

Mengecambahkan benih
Benih yang sudah terseleksi selanjutnya dikecambahkan dahulu sebelum disebar di persemaian. Caranya, benih direndam dalam air bersih selama sekitar dua hari sehingga menyerap air. Air pada benih ini akan digunakan dalam proses perkecambahannya. Bersamaan dengan perendaman benih, dapat sekaligus dilakukan pemilahan. Benih yang hampa akan mengapung di permukaan air, sedangkan benih bernas akan tenggelam. Hanya benih bernas saja yang dipilih untuk dikecambahkan. Sementara benih yang mengapung tidak dipilih.

Setelah direndam selama dua hari, benih diangkat dan diperam sekitar dua hari agar berkecambah. Pemeraman dilakukan dengan cara dihamparkan di atas lantai dan kemudian ditutup karung goni Selain cara ini, pemeraman dapat dilakukan dengan cara benih dimasukkan dalam karung plastik dan ditutup rapat. Benih yang baik biasanya sudah mulai berkecambah hanya dalam waktu sehari.

Menyebarkan benih
Benih yang sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati ke permukaan tanah persemaian. Usahakan benih tersebar merata dan tidak tumpang tindih. Benih tidak perlu harus terbenam ke dalam tanah. Biasanya benih yang terbenam justru dapat terinfeksi patogen penyebab busuk kecambah.

(Sumber : Budidaya Padi Secara Organik/ Drs. Agus Andoko) 

Cara Pemupukan Padi Organik yang Baik


Cara Pemupukan Padi Organik yang Baik

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Ciri utama budi daya padi organik adalah tidak menggunakan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik. Seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapar berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun.

1. Pemupukan dasar
Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupuk kandang auu kompos matang sebanyak 5 ton/ha. Pupuk kandang tersebut diberikan bersamaan dengan pembajakan kedua. Cara pemberiannya dengan disebarkan merata ke seluruh permukaan tanah. Setelah disebarkan, pupuk tersebut dibiarkan selama empat hari. Selanjuinya, tanah sawah digaru sehingga pupuk kandang dapat menyatu dengan tanah. Terkadang untuk memperoleh pupuk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton agak sulit. Sebagai gantinya dapat digunakan pupuk fermentasi atau bokashi. Penggunaan pupuk fermentasi atau bokashi ini lebih hemat dibanding pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5-2 ton/ha. Selain hemat, penggunaan pupuk fermentasi pun lebih baik karena mengandung mikroba pengurai sebagai penambah kesuburan tanah.

Pada pertanian non-organik, dosis pemupukan dengan pupuk kimia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Lain dengan penggunaan pupuk organik, dosisnya justru cenderung semakin menurun. Hal ini sudah dialami beberapa petani padi organik di daerah Delanggu, Jawa Tengah. Dosis awaf pupuk kandang sebagai pupuk dasar sebanyak 5 ton/ha. Namun, tiga tahun kemudian dosisnya menurun, hanya 3 ton/ha.

Kecenderungan menurunnya penggunaan pupuk kandang tersebut disebabkan oleh sifat dari pupuk organik itu sendiri yang menguntungkan bagi tanah. Semua sifat menguntungkan tersebut dapat meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena iiu, dapat dimengerti bahwa kebutuhan pupuknya pun makin berkurang karena struktur tanahnya sudah semakin bagus. Adapun beberapa sifat dari pupuk organik antara lain
a) memperbaiki struktur tanah, dari berlempung yang liat menjadi ringan atau remah,
b) memperbaiki daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak terurai,
c) memperbaiki daya ikat air pada tanah,
d) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanari.
e) mempertinggi daya ikat tanah rehadap zat hara,
f) mengandung unsur hara lengkap walaupun jumlahnya sedikit, tergantung bahan penyusun pupuk organik tersebut,
g) membancu proses pelapukan bahan mineral,
h) menyediakan makanan bagi mikroba, serta
i) menurunkan akrivitas mikroorganisme merugikan.
2. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan pada budi daya padi secara organik diiakukan tiga kali selama satu musim canam. Pemupukan susulan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 15 hari. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang matang sebanyak 1 ton/ha atau kompos fermentasi sebanyak 0,5 ton/ha. Cara pemberiannya cukup dengan disebarkan merata ke seluruh areal persawahan, yaitu di sela-sela tanaman padi.

Pemupukan susulan tahap kedua dilakukan saac tanaman berumur 25-60 hari dengan frekuensi seminggu sekali. Jenis pupuk yang diberikan berupa pupuk organik cair buaran sendiri yang kandungan unsur N-nya tinggi. Dosisnya sebanyak 1 liter pupuk yang dilaruckan dalam 17 liter air. Cara pemberiannya dengan disemprotkan pada daun tanaman.

Pemupukan susulan tahap ketiga dilakukan saat tanaman memasuki fase generatif atau pembentukan buah, yaitu setelan tanaman berumur 60 hari. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik cair buatan sendiri yang masing-masing mengandung unsur P dan K tinggi.

Dosisnya 2-3 sendok makan pupuk P organik yang dicampur dalam 15 liter acau sacu tangki kecil pupuk K organik. Pupuk tersebut disemprotkan ke tanaman dengan frekuensi seminggu sekali. Pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah tampak menguning.
Sumber : Budidaya Padi Secara Organik/ Drs. Agus Andoko 

Pembibitan/Persemaian Padi Dengan Cara Basah


Pembibitan/Persemaian Padi Dengan Cara Basah

Berasal dari Benih Bermutu

Sebagaimana kita ketahui, beras/padi merupakan pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produk tanaman pangan ini sebagian besar diproduksi di lahan sawah dimana hingga saat ini, lahan sawah tetap menjadi tulang punggung produksi padi nasional. Hal ini antara lain karena lahan sawah memiliki tingkat kesuburan yang lebih baik dibandingkan dengan lahan kering dan tadah hujan mau pun lahan pasang surut.

Dengan kondisi lahan sawah yang lebih subur tersebut maka tidak aneh jika hasil padi pada agroekosistem ini lebih tinggi. Apabila hasil padi di lahan kering dan tadah hujan hanya mencapai 2-4 t/ha, di lahan sawah irigasi mampu mencapai hasil 6-7 t/ha, bahkan bisa lebih tinggi lagi, bergantung pada tingkat kesuburan lahan, kondisi lingkungan dan tingakt penerapan teknologi produksi.

Untuk keperluan penananam padi tersebut, tentunya tidak terlepas dari tersedianya bibit karena bibit merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam itu akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari benih (butiran gabah) yang bermutu.

Keuntungan menggunakan benih bermutu adalah : (1) Benih tumbuh cepat dan serempak; (2) Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat; (3) Pada saat ditanam pindah (dari pesemaian ke lahan penananam padi) , bibit tumbuh lebih cepat; dan (4) Jumlah tanaman optimum sehingga akan memberikan hasil yang tinggi. Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat.

Benih bersertifikat dapat diperoleh pada penyalur benih dan toko/kios sarana produksi pertanian (saprotan). Sebagai tanda bahwa benih padi yang kita beli itu berserifikat adsalah : (1) Kemasan berlabel; (2) Label berwarna biru; (3) Label bertuliskan benih bersertifikat; dan (4) Label berisi : (a) Nomor seri label; (b) Nomor dan alamat produsen; (c) Keterangan mutu benih; dan (d) tanggal akhir berlakunya label. Berdasarkan data penelitian, penggunaan benih bersertifikat meningkatkan produksi 500 kg/ha dibandingkan dengan benih yang tidak bersertifikat.

Pilih Benih Yang Baik
Meski benih yang akan kita semaikan itu berasal dari benih bermutu, tetapi sebelum disemaikan harus dipilih benih yang baik. Untuk memilih benih yang baik, benih direndam dalam larutan 20 g ZA/liter air atau larutan 20 g garam/liter air. Dapat juga digunakan abu dengan menggunakan indikator telur, yang semula berada dalam dasar air, setelah diberi abu, telur tersebut mulai terangkat ke permukaan. Kemudian benih yang mengambang/mengapung dibuang. Benih yang tidak mengapung/mengambang alias benih yang tenggelam itulah yang nantinya disemaikan untuk memperoleh bibit padi karena benih seperti ini merupakan benih yang baik (benih bernas).

Benih bernas tersebut sebelum disemaikan dibilas dahulu dengan air besih, kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah itu, diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Sedang untuk benih hibrida, benih tersebut kangsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.

Cara lain untuk memilih benih yang baik, benih direndxam dengan air bersih kemudian diaduk, lalu direndam selama 24 jam dan gabah yang terapung dibuang. Setelah direndam, benih diinkubasikan selama 36-48 jam untuk meamtahkan periode dormansi benih.
Untuk daerah endemik hama wereng coklat, benih bisa diberi perlakuan (seed treatment) dengan menggunakan Regent 50EC. Regent 50EC ini berfungsi pula sebagai zat perangsang tumbuh tanaman. Luas pesemaian sebaiknya 400 m 2/ha atau 4 % dari luas tanam.

Persemaian Basah
Untuk memperoleh bibit padi dapat dilakukan dengan cara persemaian basah dan kering. Umur bibit siap dipindahkan atau ditanam bergantung paa jenis persemaian.

1. Persemaian Basah
Persemaian basah adalah persemaian yang dilakukan pada lahan sawah di luar areal yang akan dipanen. Persemaian disiapkan 25-30 hari sebelum musim hujan (MT I/ sistem culik), sedangkan penyiapan persemaian untuk musim kemarau I (MT II) dilakukan sebelum panen tanamanm MT I agar bibit telah siap dan tanam MT II dapat segera dilakukan. Apabila pola IP Padi 300 akan diterapkan maka penyiapan persemaian untuk musim kemarau II (MT III) dapat dilakukan dengan sistem culik pada MT II. Persemaian sistem culik, yaitu persemaian yang dibuat di areal pertanaman padi musim sebelumnya menjelang musim panen.
Tempat persemaian sebaiknyua dalam satu hamparan luas agar mudah pemeliharaannya.Selain itu, persemaian terkena sinar matahari langsung tetapi tidak dekat dengan sinar lampu yang dxapat mengudnang serangga pada malam hari.
Pertama-tama, tanah untuk persemaian diolah dengan cara dibajak dxan digaru 2-3 kali sampai tanah dalam kondisimelumpur sedalam kira-kira 20 cm. Sesudah tanah diolah, buat bedengan setinggi 5-10 cm dengan lebar bedengan 100-150 cm dxan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi lahan. Diantara bedengan dibuat saluran draenase.

Agar pertumbuhan benih menjadi subur, persemaian diberi pupuk sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk tanah yang kurang subur. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk Urea, SP36 dan KCl masiang-masing dengan takaran 180 kg N, 72 kg P2)5 dan 60 kg K2) per hektar. Ketiga pupuk ini dicampur dengan tanah sebelumb enih ditaburkan. Lima hari setelah tabur benih, persemaian diairi setinggi kira-kira 1 (satu) cm selama 2 (dua) hari. Setelah itu, persemaian diairi terus-menerus setinggi kira-kira 5 cm.

Bibit yang kita semaikan itu baru bisa dipindahkan atau ditanam ke petak persawahan setelah berumur 10-30 hari. Sebelum bibit dicabut, lahan persemaian perlu digenangi air selama 1 (satu) hari antara 2-5 cm agar tanah menjadi lunak sehingga bibit tidak rusak saat dicabut atau dipindahkan ke lapangan. Jika pun ada yang rusak, bibit yang rusak tersebut bisa ditekan sedikit mungkin.

Jika persemaian dilakukan padxa lahan/tanah alkalin (pH 6,5), pada tanah seperti ini perlu diberi hara mikro (Cu dxan Zn) dengan cara mencelupkan aiar bibit padi ke dalam larutan ZnSO4 5% dan CuSO4 0,2% selama 2 (dua)mneit pada saat bibit akan ditanam. Sebelum ditanam, bibit dapat dicelupkan terlebihd ahulu ke dalam sispensi Azospirillum, minimal 1 (satu) jam. Suspensi dibuat dengan cara melarutkan 200 g inokulum ke dalam 50 liter air

PEMBIBITAN/PERSEMAIAN PADI DENGAN CARA TANPA OLAH TANAH


PEMBIBITAN/PERSEMAIAN PADI DENGAN CARA TANPA OLAH TANAH

Persiapan Benih
 
Benih (butiran gabah) yang digunakan dalam budidaya padi sawah tanpa olah tanah (TOT) sama dengan yang digunakan dalam budidaya padi sawah konvensional. Supaya produksi padi yang dihasilkan nantinya berproduksi tinggi dengan rasa beras enak, gunakan benih bersertifikat. Untuk memperoleh benih bersertifikat ini dapat dibeli pada penyalur benih dan toko atau kios sarana produksi pertanian (saprotan).
 
Sebagai tanda bahwa benih yang dijual poleh penyalur benih, toko atau kios saprotan tersebut bersertifikat adalah : (1) Kemasan berlabel; (2) Label berwarna biru; (3) Label bertuliskan benih bersertifikat;dan (4) Label berisi : (a) Nomor seri albel; (b) Nomor dan alamat proddusen; (c) keterangan mutu benih; dan (d) Tanggal akhir berlakunya label. Dibanding dengan gabah yang digunakan untuk konsumsi, harga benih bersertifikat relatif mahal. Hal ini karena untuk memperoleh benih bersertifikat, prosesnya melalui perlakuan khusus dan membutuhkan waktu aygn relatif lama, mulai dxari calon memilih benih sampai benih siap dikemas/diberi label.
Sedang varietas yang digunakan disesuaikan dengan varietas yang telah direkomendasikan untuk daerah yang bersangkutan. Untuk ini bisa konsulktasi dengan Penyuluh Pertanian setempat atau pada Dinas Pertanian setempat. Sebab, rekomendasi tersebut umumnya telah memeprlihatkan sifat-sifat varietas dengan penyesuaian keadaan lapangan seperti tipe lahan, keadaan hamd an penyakit, target produksi, pola tanam, mutu dan ras nasi.
 
Kebutuhan benih untuk 1 (satu) ha lahan sawah tergantung pada cara tanam yang akan dilakukan. Jika penanamannya dilakukan dengan cara "tanam pindah", kebutuhan benih sekitar 30-40 kg per hektar. Tetapi jika akan menggunakan tanam benih langsung (Tabela) , kebutuhanb enih akan lebih banyak lagi, yakni antara 60-100 kg per hektar.
 
Perlakuan Benih
Sebelum benih ditaburkan pada bedengan persemaian, benih terlebih dahulu diberi perlakuan, yaitu : (1) Benih dijemur di bawah sinar matahari sekitar 2-3 jam agar benih klebih mudah meneyrap air yang pada akhirnya benih tersebut mudah tumbuh; (2) Benih direndam dalam air bersih sehari semalam; dan (3) Benih yang sudah direndam, dianginkan dan dihamparkan pada karung goni.
 
Karung goni yang digunakan untuk menghamparkanb enih tersebut dibasahi dengan air sampai benar-benar basah. Karung goni yang sudah dibuka dan ditaburi benih ini dilipat ujungnya sehingga benih terbungkus. Simpan bungkusan karung goni di tempat yang teduh untuk diperam.
 
Pemeraman dilakukan antara 36-48 jam. Untuk menjaga agar karung goni tetap lembab, sewaktu-waktu dapat diperciki arir air bersih. Setelah benih itu diperam selama 36-48 jam, benih sudah siap ditabur pada bedeng persemaian.

Meski benih itu berasal dari benih bersertifikat, benih yang akan disemaikan itu dipilih benih yang baik. Untuk memilih benih yang baik, caranya benih direndam dalam larutan 20 g ZA/liter air atau larutan 20 g garam/liter air. Dapat juga digunakan abu dengan menggunakan indikator telur, yagn semula berada dalam dasar air, setelah diberi abu, telur mulai terangkat ke permukaan. Kemudian benih yang mengambang atau mengapung dibuang,sedang benih yang tenggelam ini dipisahkan yang nantinya akan disemaikan untuk bibit. Sebelum disebarkan di pembibitan beniha tau dihamparkan pada karung goni, benih dibilas dengan air bersih agar benih tidak mengandung alrutan pupuk atau garam .
 
Persiapan Lahan Persemaian
Untuk penanaman dengan cara "tanam pindah", benih disemaikan terlebih dahulu. Waktu pesemaian dilakukan selama 21 hari sebelum tanam. Untuk luas penanaman 1 (satu) hektar lahan, luas pesemaian yang diperlukan kurang lebih 5 %-nya (1/20 X 10.000 m 2) = 500 m2.
Penyiapan lahan untuk pesemaian dilakukan dengan cara dicangkul 1 (satu) kali, dibajak 1 (satu) kali dan digaru 1 (satu) kali sampai lahan berlumpur. Lahan yang sudah berlumpur ini diratakan dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar lebih kurang 1,2 m, panjang sekitar 5m-10 m dengan tinggi bedengan lebih kurang 20 cm. Sedang jarak antar bedengan satu dengan bedengan laian lebih kurang 30 cm.
 
Apabila ada genangan air di bedengan, air yagn masih ada di bedengan tersebut harus dibuang hingga permukaan bedengan tidak tergenang air. Pekerjaan berikutnya, bedengan dipupuk dengan pupuk Urea, SP 36, ZA dan KCl. Untuk setiap 10 m 2 luas pesemaian diberi pupuk Urea sebanyak 250 g, SP 36 sejumlah 100 g, ZA 100 g dan KCl 75 g. Yang dicampur dengan tanah secara merata.
Apabila tempat pesemaian inis udah siap, benih ditaburkan pada bedengan. Jarak penaburan dari tepi bedengan lebih kurang 10 cm dengan kerapatan penaburan 25 g benih per 10 m 2.
 
Agar pertumbuhan benih yagn ada pada pesemaian ini bisa atumbuh baik tentunya harus dirawat. Perawatannya, air yang ada pada bedengan diatur yang disesuaikan dengan pertumbuhan benih. Caranya, 5 (lima) hari setelah penaburan benih, bedengan diairi dengan ketinggian 5 cm yang dilakukan secara terus-menerus. Penggenangan air ini dilakukan,s elain untuk mencukupi kecukupan air bagi benih juga berfungsi untuk menahan benturan langsung dengan air hujan (jika terjadi hujan) dan untuk menghindari pesemaian dari gangguan serangan hama, terutama serangan burung atau yang lainnya.
Pada saat benih berumur 7-10 hari setelah ditaburkan di atas bedengan, benih diberi insektisida (misalnya dengan Furadan 3 G) dengan dosis 17 kg/ha. Selanjutnya, penggunaan air disesuaikan dengan ketinggian bibit. Bibit padi ini sudahd apat dipindahkan ke areal penanaman apabila umurnya lebih kurang 21 hari sejak benih ditabur.
 
Benih yang sudah ditaburkan pada bedengan itu juga harus dijaga dari serangan hama, diantaranya dari serangan tikus. Sebab, binatang pengerat ini sangat menggemari benih apdi yagn baru disebar. Oleh karena itu, pada saat pembibitan padi ini diusahakan agar benih padi yang baru disebar itu aman dxari serangan tikus. Caranya, buat pagar plastik mengelilingi tempat pembibitan untuk mencegah tikus masuk ke dalam pesemaian.
Usaha pembuatan pagar plastik yang mengelilingi tempat pembibitan tersebut akan lebih efektif apabila tempat pembibitan masing-masing petani yang melakukan pembibitan berdekatan, atau bahkan bersama dalam satu lokasi pembibitan. Untuk mencegah tikus sejak dini, bisa memasang bubu perangkap pada pagar plasitik

PEMBIBITAN/PERSEMAIAN PADI DENGAN CARA TANPA OLAH TANAH


PEMBIBITAN/PERSEMAIAN PADI DENGAN CARA TANPA OLAH TANAH

Persiapan Benih
 
Benih (butiran gabah) yang digunakan dalam budidaya padi sawah tanpa olah tanah (TOT) sama dengan yang digunakan dalam budidaya padi sawah konvensional. Supaya produksi padi yang dihasilkan nantinya berproduksi tinggi dengan rasa beras enak, gunakan benih bersertifikat. Untuk memperoleh benih bersertifikat ini dapat dibeli pada penyalur benih dan toko atau kios sarana produksi pertanian (saprotan).
 
Sebagai tanda bahwa benih yang dijual poleh penyalur benih, toko atau kios saprotan tersebut bersertifikat adalah : (1) Kemasan berlabel; (2) Label berwarna biru; (3) Label bertuliskan benih bersertifikat;dan (4) Label berisi : (a) Nomor seri albel; (b) Nomor dan alamat proddusen; (c) keterangan mutu benih; dan (d) Tanggal akhir berlakunya label. Dibanding dengan gabah yang digunakan untuk konsumsi, harga benih bersertifikat relatif mahal. Hal ini karena untuk memperoleh benih bersertifikat, prosesnya melalui perlakuan khusus dan membutuhkan waktu aygn relatif lama, mulai dxari calon memilih benih sampai benih siap dikemas/diberi label.
Sedang varietas yang digunakan disesuaikan dengan varietas yang telah direkomendasikan untuk daerah yang bersangkutan. Untuk ini bisa konsulktasi dengan Penyuluh Pertanian setempat atau pada Dinas Pertanian setempat. Sebab, rekomendasi tersebut umumnya telah memeprlihatkan sifat-sifat varietas dengan penyesuaian keadaan lapangan seperti tipe lahan, keadaan hamd an penyakit, target produksi, pola tanam, mutu dan ras nasi.
 
Kebutuhan benih untuk 1 (satu) ha lahan sawah tergantung pada cara tanam yang akan dilakukan. Jika penanamannya dilakukan dengan cara "tanam pindah", kebutuhan benih sekitar 30-40 kg per hektar. Tetapi jika akan menggunakan tanam benih langsung (Tabela) , kebutuhanb enih akan lebih banyak lagi, yakni antara 60-100 kg per hektar.
 
Perlakuan Benih
Sebelum benih ditaburkan pada bedengan persemaian, benih terlebih dahulu diberi perlakuan, yaitu : (1) Benih dijemur di bawah sinar matahari sekitar 2-3 jam agar benih klebih mudah meneyrap air yang pada akhirnya benih tersebut mudah tumbuh; (2) Benih direndam dalam air bersih sehari semalam; dan (3) Benih yang sudah direndam, dianginkan dan dihamparkan pada karung goni.
 
Karung goni yang digunakan untuk menghamparkanb enih tersebut dibasahi dengan air sampai benar-benar basah. Karung goni yang sudah dibuka dan ditaburi benih ini dilipat ujungnya sehingga benih terbungkus. Simpan bungkusan karung goni di tempat yang teduh untuk diperam.
 
Pemeraman dilakukan antara 36-48 jam. Untuk menjaga agar karung goni tetap lembab, sewaktu-waktu dapat diperciki arir air bersih. Setelah benih itu diperam selama 36-48 jam, benih sudah siap ditabur pada bedeng persemaian.

Meski benih itu berasal dari benih bersertifikat, benih yang akan disemaikan itu dipilih benih yang baik. Untuk memilih benih yang baik, caranya benih direndam dalam larutan 20 g ZA/liter air atau larutan 20 g garam/liter air. Dapat juga digunakan abu dengan menggunakan indikator telur, yagn semula berada dalam dasar air, setelah diberi abu, telur mulai terangkat ke permukaan. Kemudian benih yang mengambang atau mengapung dibuang,sedang benih yang tenggelam ini dipisahkan yang nantinya akan disemaikan untuk bibit. Sebelum disebarkan di pembibitan beniha tau dihamparkan pada karung goni, benih dibilas dengan air bersih agar benih tidak mengandung alrutan pupuk atau garam .
 
Persiapan Lahan Persemaian
Untuk penanaman dengan cara "tanam pindah", benih disemaikan terlebih dahulu. Waktu pesemaian dilakukan selama 21 hari sebelum tanam. Untuk luas penanaman 1 (satu) hektar lahan, luas pesemaian yang diperlukan kurang lebih 5 %-nya (1/20 X 10.000 m 2) = 500 m2.
Penyiapan lahan untuk pesemaian dilakukan dengan cara dicangkul 1 (satu) kali, dibajak 1 (satu) kali dan digaru 1 (satu) kali sampai lahan berlumpur. Lahan yang sudah berlumpur ini diratakan dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar lebih kurang 1,2 m, panjang sekitar 5m-10 m dengan tinggi bedengan lebih kurang 20 cm. Sedang jarak antar bedengan satu dengan bedengan laian lebih kurang 30 cm.
 
Apabila ada genangan air di bedengan, air yagn masih ada di bedengan tersebut harus dibuang hingga permukaan bedengan tidak tergenang air. Pekerjaan berikutnya, bedengan dipupuk dengan pupuk Urea, SP 36, ZA dan KCl. Untuk setiap 10 m 2 luas pesemaian diberi pupuk Urea sebanyak 250 g, SP 36 sejumlah 100 g, ZA 100 g dan KCl 75 g. Yang dicampur dengan tanah secara merata.
Apabila tempat pesemaian inis udah siap, benih ditaburkan pada bedengan. Jarak penaburan dari tepi bedengan lebih kurang 10 cm dengan kerapatan penaburan 25 g benih per 10 m 2.
 
Agar pertumbuhan benih yagn ada pada pesemaian ini bisa atumbuh baik tentunya harus dirawat. Perawatannya, air yang ada pada bedengan diatur yang disesuaikan dengan pertumbuhan benih. Caranya, 5 (lima) hari setelah penaburan benih, bedengan diairi dengan ketinggian 5 cm yang dilakukan secara terus-menerus. Penggenangan air ini dilakukan,s elain untuk mencukupi kecukupan air bagi benih juga berfungsi untuk menahan benturan langsung dengan air hujan (jika terjadi hujan) dan untuk menghindari pesemaian dari gangguan serangan hama, terutama serangan burung atau yang lainnya.
Pada saat benih berumur 7-10 hari setelah ditaburkan di atas bedengan, benih diberi insektisida (misalnya dengan Furadan 3 G) dengan dosis 17 kg/ha. Selanjutnya, penggunaan air disesuaikan dengan ketinggian bibit. Bibit padi ini sudahd apat dipindahkan ke areal penanaman apabila umurnya lebih kurang 21 hari sejak benih ditabur.
 
Benih yang sudah ditaburkan pada bedengan itu juga harus dijaga dari serangan hama, diantaranya dari serangan tikus. Sebab, binatang pengerat ini sangat menggemari benih apdi yagn baru disebar. Oleh karena itu, pada saat pembibitan padi ini diusahakan agar benih padi yang baru disebar itu aman dxari serangan tikus. Caranya, buat pagar plastik mengelilingi tempat pembibitan untuk mencegah tikus masuk ke dalam pesemaian.
Usaha pembuatan pagar plastik yang mengelilingi tempat pembibitan tersebut akan lebih efektif apabila tempat pembibitan masing-masing petani yang melakukan pembibitan berdekatan, atau bahkan bersama dalam satu lokasi pembibitan. Untuk mencegah tikus sejak dini, bisa memasang bubu perangkap pada pagar plasitik

Budidaya Padi Intani-1 Sistem Jajar Legowo 2:1


INTANI-1 dengan Sistem Tanam Legowo 2 : 1

Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia yang sebagian besar ditanam di lahan sawah. Kendala produktivitas lahan sawah diantaranya akibat serangan hama, penyakit dan gulma. Perkembangan pengganggu tanaman ini sering diakibatkan oleh cara tanam yang sebenarnya masih bisa diperbaiki.
Berbagai cara tanam khususnya untuk padi jenis hibrida Intani-1 dapat diterapkan oleh para petani. Salah satu diantaranya yang dapat memberikan hasil lebih optimal adalah sistem tanam legowo. Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.

Dengan cara ini, petani melakukan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir (border effect). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5 - 2 kali lipat lebih tinggi dibanding produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam.

Pada dasarnya ada beberapa jenis ukuran jarak tanam legowo yang dikenal dan pernah dilaksanakan oleh petani. Mulai Legowo 2:1, legowo 3:1, legowo 4:1 sampai legowo 6:1. Diantara semua jenis ukuran jarak tanam legowo tersebut, Legowo 2:1 lah yang merupakan jarak tanam paling praktis dan populer dilaksanakan petani. Hal ini dikarenakan proses tandur (tanam bibit padi) lebih mudah dibandingkan ukuran legowo yang lain, 3 dan 4 maupun 6.
Tujuan
Maksud penerapan jarak tanam legowo 2:1 pada intani-1 diantaranya untuk memperoleh pengaruh tanaman pinggiran, agar pertumbuhan tanaman padi dapat berkembang dengan optimal. Sekaligus dapat meningkatkan jumlah populasi tanaman padi sebesar lebih kurang 30% dibandingkan dengan ukuran tegel biasa.

Jarak Tanam
Jarak tanam Legowo 2 yang dianjurkan adalah dengan ukuran 50 cm x 25 cm x 12,5 cm. Setiap dua lajur tanaman padi diambil jarak tanam 25 cm dan diberikan satu lajur yang kosong tanpa tanaman. Hal ini untuk memberikan efek atau pengaruh pinggiran yang diharapkan. Sedangkan untuk setiap baris tanaman (jarak antar tanaman) diberikan jarak 12,5 cm (rapat).
Agar pengaruh dari border effect ini dapat dirasakan oleh tanaman, maka pembuatan lajur tanaman sebaiknya melintang Utara ke Selatan. Hal ini untuk memberikan kesempatan pada tanaman untuk mendapatkan pencahayaan sinar mata matahari yang maksimal. Sementara barisan tanaman membujur dari Barat ke Timur.
Keuntungan
Apabila dibandingkan dengan jarak tanam tegel (persegi) dengan ukuran 25 cm x 25 cm, maka jarak tanam legowo 2:1 mampu memberikan tambahan populasi dalam 1 meter persegi sebanyak 5 rumpun. Artinya pada jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm, populasi tanaman hanya sebanyak 16 rumpun, sedangkan pada legowo 2:1, mencapai 21 rumpun. Sehingga mampu meningkatkan populasi tanaman padi kira kira 30%. Dalam hitungan per hektar, jumlah populasi tanaman dengan jarak tanam tegel mencapai + 160.000 rumpun, sedangkan dengan legowo 2 mencapai + 210.000 rumpun.
Beberapa keuntungan lain dari pelaksanaan tanam jajar legowo 2:1 adalah :
Semua barisan rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir); Pengendalian hama penyakit, dan gulma lebih mudah; Menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi; Penggunaan pupuk lebih berdaya guna. 

Budidaya Padi Unggulan Varietas Ciherang


“Budidaya Padi Unggulan” Varietas Ciherang

Sumber Gambar: http://4.bp.blogspot.com
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia pangan nasional. Upaya peningkatan produksi dan mutu tanaman padi sawah tersebut dapat melalui cara dan dikerjakan atau budidaya dengan baik dan benar. Kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Kondisi perekonomian negara yang terpuruk dan dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan merupakan cobaan berat yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Salah satu penyebab terpuruknya perekonomian negara adalah ketergantungan bangsa Indonesia terhadap bangsa lain dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Oleh karena itu, sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Salah satu program Kementrian Pertanian yaitu peningkatan produksi beras 2 juta ton tahun 2007 dan peningkatan produksi 5 persen per tahun sampai tahun 2009 yang perlu terus ditingkatkan dalam rangka pemantapan ketersediaan beras yang bersumber dari produksi dalam negeri.
Swasembada beras lestari adalah salah satu perwujudan dari kemandirian pangan dan ketahanan pangan nasional yang merupakan salah satu tujuan dari gerakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Ketahanan pangan nasional adalah merupakan kunci dari ketahanan nasional.
Upaya peningkatan produksi tanaman padi sawah tersebut dapat melalui cara dan dikerjakan atau budidaya dengan baik dan benar, agar supaya dapat meningkatkan produksi dan mutu tanaman padi sawah. Dengan demikian, tanaman padi dapat tubuh dan berkembang dengan baik serta memperoleh hasil yang tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, tehnik budidaya padi yang baik dan benar menjadi hal yang perlu diperhatikan yaitu mulai dari :
1. Memilih varitas padi unggul
Diusahakan kita memilih bibit padi yang bersertifikat atau sudah resmi dari pemerintah. Setelah bibit padi didapat lebih baik direndam selama satu sampai lima baru air rendaman diganti satu hari sekali. Contoh padi yang bersertifikat : padi ciherang
2. Persemaian
Dalam membuat persemaian harus dipilih lokasi yang aman dari serangan tikus dan mudah dikontrol setiap hari. Luas persemaian adalah 4 (empat) persen dari luas areal yang akan ditanami. Tanaman padi yang akan di buat persemaian kira-kira berumur 23 sampai 26 hari dan sudah bisa ditanam di lahan sawah.
3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah harus sempurna, sebelum di bajak terlebih dahulu digenangi air, sesudah di genangi air lalu dibajak dengan menggunakan mesin pembajak sawah atau bisa juga dengan sapi/kerbau.
4. Tanaman Padi
Jarak tanaman diatur garis lurus dengan jarak 20 kali 20 Cm, dan tiap lubang ditanami 2 sampai 3 saja.
5. Pemupukan
Dalam budi daya padi diperlukan bermacam - macam pupuk, yaitu pupuk : (1) Organik berfungsi untuk memperbaiki fisik kesuburan tanah; (2) Urea/ pupuk N (niteogen) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruan dan kususnya batang, cabang, dan daun serta membantu menghijaukan daun dengan sempurna dan dapat membantu fotosintesis; (3) SP36 berfungsi untuk pertumbuhan akar kususnya tanaman muda dan dapat membantu asimilasi dan pernafasan serta mempercepat pembungaan dan memasakan buah; (4) Organik Cair atau POC digunakan untuk menambah unsur - unsur mikro dan sesuai dengan tanaman padi; (5) KCL atau Kalium yang berfungsi untuk memperkuat tanaman agar daun,bunga,dan buah tidak mudah gugur, juga menjadikan tanaman lebih tahan terhadap kekeringan dan pemasakan buah.
6. Jumlah pupuk dan waktu pemupukan.
Dalam melakukan pemupukan diperlukan cara-cara mengatur komposisi pupuk yang benar, yaitu: (1) pemupukan pertama, pupuk Urea 100kg/hektar, SP36 100kg/hektar, waktunya diberikan 1 hari sebelum tanam; (2) pemupukan ke 2 Urea 100kg/hektar, waktunya 15 hari sesudah tanam, dengan cara di semprotkan; (3) pemupuken ke 3 Urea 100kg/hektar, waktunya padi berusia 45 tahun setelah tanam, dengan cara di semprotkan ke tanaman.
7. Pemberian Air
Pemberian air tanaman harus umur 0 sampai 10 hari dan minimal padi setinggi 5cm (genangan air), umur 10 sampai 35 hari air setinggi 10 cm, umur 40 sampai 100 hari air setinggi 10 cm dan tanaman padi pada umur 110 hari air dibuang atau di keringkan.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang perlu di waspadai adalah tikus,wereng, sundep, dan harus diadakan pengendalian atau pemberantasan. Apabila ada serangan sebaiknya di semprot dengan insektisida dan kalau tidak ada tidak perlu.
9. Panen
Panen di lakukan pada saat tanaman padi sudah umur 130 hari atau sudah 90% menguning, cara memanen dengan alat sabit kemudian alas untuk memotong batang padi dan kemudian di tumpuk. Setelah di tumpuk padi dirontokan dengan alat perontok yang namanya doser. Sesudah dirontokan baru dibawa pulang dan di jemur dibawah terik matahari kalau sudah menguning dikemas dalam karung dan terus dijual di pengepul. 

Minggu, 02 September 2012

Video P4S Persada Nusantara Lumajang


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More