slide

Jumat, 14 September 2012

Menyiapkan Lahan Penanaman Padi Organik


Menyiapkan Lahan Penanaman Padi Organik

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus. selain kuhalusan tanah ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka akan makin banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.

Butiran tanah yang lunak dan halus ini lazim disebut koloid. Di dalam koloid ini terikat bermacam-macam unsur hara yang penting bagi tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Oleh karena itu, bila pengolahan tanah sawah makin sempurna maka makin halus tanah tersebut sehingga jumlah koloid tanah makin banyak. Akibatnya, unsur hara yang terikat akan makin banyak sehingga tanah makin subur.

Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah memperbaiki pematang sawah. Perbaikan pematang sawah dilakukan dengan cara ditinggikan dan lubang-lubang ditutup kembali. Adanya lubang memungkinkan air dapat keluar dari lahan. Padahal, lahan penanaman ini harus tergenang air selama seminggu sebelum pengolahan tanah selanjutnya.

Setelah direndam selama seminggu, biasanya tanah sudah lunak dan pembajakan dapat segera dilakukan. Pembajakan sawah dapat menggunakan traktor atau cara tradisional dengan tenaga hewan (biasanya memanfaatkan kerbau). Kedua cara tersebut dapat dipilih asalkan tujuan pembajakan dapat tercapai, yaitu pembalikan tanah. Selain untuk pembalikan tanah, pembajakan pun bermanfaat untuk memberantas gulma. Dengan pembajakan, tanaman pengganggu dan bibi-biji padi akan terbenam dan terurai.

Dari dua pilihan cara pembajakan sawah, menurut pengalaman petani padi organik, cara pembajakan secara tradisional memberikan hasil lebih baik. Mungkin hal ini terjadi karena mata bajak tradisional akan lebih dalam masuk ke dalam tanah sehingga pengolahan menjadi lebih sempurna. Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas. Pada kedalaman tertentu, produksi padi akan maksimal seperti tampak pada TabeI 1.

Dari Tabel 1 tampak bahwa makin dalam pengolahan tanah maka makin bagus produktivitas padi yang ditanam. Namun demikian, pada kedalaman 32 cm hasilnya justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan bunga tanah (top soil) yang merupakan lapisan tanah subur memang terbatas. Pengolahan tanah terbaik adalah pada kedalaman sekitar 30 cm.

Setelah dibajak, tanah sawah kembali dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang air. Penggenangan air ini dilakukan agar proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Seminggu kemudian tanah dapat dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi makin kecil. Pembajakan kedua ini pun dapat diganti dengan pencangkulan. Prinsip pembajakan kedua ini adalah agar bongkahan tanah menjadi makin kecil.

Pada pembajakan yang kedua ini pemberian pupuk dasar dapat dilakukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang matang sebanyak 5 ton/ha lahan sawah. Pemberian pupuk kandang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga menyatu dengan tanah.

Sebelum pembajakan sawah kedua, pemberian pupuk dasar dapat dilakukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang matang sebanyak 5 ton/ha sawah. Pemberian pupuk kandang ini dilakukan dengan cara ditebarkan merata ke seluruh permukaan lahan, lalu dibiarkan selama empat hari. Empat hari kemudian tanah dibajak agar menyatu dengan pupuk kandang.

Lahan yang sudah dibajak kedua kalinya dibiarkan tergenang kembali selama empat hari. Empat hari kemudian, lahan digaru dengan cara tradisional (garu yang ditarik dengan kerbau) atau cara modern (dengan traktor). Penggaruan tanah bertujuan agar tanah menjadi rata dan rerumputan yang masih tertinggal dapat terbenam ke dalam tanah.

Setelah itu, kembali lahan dibiarkan tergenang selama empat hari. Empat hari setelah digaru, tanah sudah menjadi lumpur halus dan pupuk kandang sudah menyatu sempurna dengan tanah. Pada saat ini penanaman bibit dapat dilakukan. Namun, bila lahan belum menjadi lumpur halus maka proses pelumpuran dapat kembali dilakukan. Caranya, tanah diinjak-injak sedemikian rupa sehingga benar-benar menjadi lumpur halus. Penginjakan tanah ini pun bertujuan agar permukaan tanah menjadi rata sehingga proses penanaman bibit akan mudah dilakukan. Setelah lahan benar-benar dalam kondisi siap tanam, di tengahnya dibuatkan alur memanjang sepanjang lahan dengan lebarsekitar 50 cm sebagai saluran keluar masuknya air.
TABEL 1. PENGARUH KEDALAMAN PENGOLAHAN TANAH TERHADAP HASIL PANEN
 Kedalaman Pengolah Tanah (Cm) Hasil Panen (g/rumpun)
 8
12
16
20
24
28
32
 12,4
18,2
20,8
23,2
26,4
27,9
27,5
Sumber: Hadrian Siregar, 1987
 (Sumber : Budidaya Padi Secara Organik/ Drs. Agus Andoko) 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More