slide

Jumat, 14 September 2012

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Legowo Menambah Pendapatan Petani Padi


Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Legowo Menambah Pendapatan Petani Padi

Sumber Gambar: http://www.google.co.id
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi di Jawa Barat telah dilaksanakan di lahan petani sejak tahun 2001 dan telah berkembang di 16 kabupaten. Hasil pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat memperlihatkan bahwa dengan pendekatan PTT, produktivitas padi per hektar meningkat sebesar 19,3% - 24,5%.
Sehingga petani yang menerapkan PTT Padi Legowo ini dapat memperoleh keuntungan sebesar 35-50% dibanding cara yang telah biasa dilakukan oleh petani," kata Kepala BPTP Jawa Barat Dr. I. Djatnika kepada Sinar Tani. Selain itu produktivitas lahan meningkat secara berkelanjutan.
Di lokasi Prima Tani di kabupaten Karawang, Jawa Barat, teknologi PTT Padi Legowo ini juga sudah diterapkan oleh 18 petani seluas 21 ha. Hasil produksinya menurut penanggungjawab kelembagaan Prima Tani Kabupaten Karawang Ir. Trisna Subarna, meningkat dari 4,17 ton/ha menjadi 4,89 ton/ha. Keuntungan petani naik dari hanya Rp 1,8 juta/ha menjadi Rp 2,8 juta/ha.

Komponen teknologi dengan model PTT padi legowo ini

Pertama Varietas Unggul Baru.
Varietas unggul baru, yang dianjurkan: Ciherang, Widas, Cimelati, Gilirang, Mekongga, Tukad Balian, Tukad Petani, Angke, dll.

Kedua, Penggunaan Benih Bermutu. Benih bermutu tinggi, yaitu: kemurnian dan daya kecambahnya lebih besar dari 90%. Pilih benih yang bersertifikat atau berlabel biru.
Ketiga, Penanaman Bibit Muda dan Tunggal. Penanaman bibit muda dan Tunggal adalah bibit padi berumur 10-20 HSS, dengan penanaman 1-2 bibit per rumpun. Dengan cara ini maka akan menghemat penggunaan benih hingga 50%.
Keempat, Sistem Tanam Jajar Legowo. Baris tanaman Legowo yang dianjurkan adalah Legowo 2:1. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 50 x 25 x 12,5 cm, 50 x 25 x 15 cm, dan 40 x 20 x 15 cm, sesuai dengan kesuburan tanah dan varietas padi yang ditanam.

Kelima, Penggunaan Bahan Organik. Gunakan pupuk organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/hektar, seperti: kompos jerami, pupuk hijau, kotoran sapi atau ayam.

Keenam, Pengairan Berselang. Pengairan berselang bertujuan meningkatkan efisiensi dan menekankeracunan seperti besi (Fe): Airi sawah sedalam 5 cm sampai menjelang pemberian pupuk dasar (7-10 HST). Waktu pemberian pupuk air macak-macak.

Satu hari setelah pemberian pupuk dasar, airi sawah kembali sedalam 5 cm, kemudian biarkan mongering dengan sendirinya (selama 5-6 hari). Setelah permukaan retak, langsung sawah diairi kembali sedalam 5 cm.

Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia berbunga. Mulai stadia berbunga airi tanaman terus menerus setinggi 5 cm. Keringkan air sekitar 2 minggu menjelang panen.

Ketujuh, Pemupukan. Pupuk dasar N,P,K, pemupukan pertama atau basal dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari. Dosis pupuk sesuai dengan rekomendasi analisis status hara tanah. Gunakan Bagan Warna Daun (BWD) untuk menentukan waktu memupuk urea berikutnya. Beri urea sebanyak 75-100 kg/ ha pada musim hasil tinggi dan 50-75 kg/ha pada musim hasil rendah jika warna daun padi berada di bawah nilai kritis (skala 4).

Kedelapan, Pengendalian Hama dan Penyakit. Dalam pengendalian hama penyakit metode yang digunakan adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
 
Sumber : SINAR TANI Edisi 13 - 19 Desember 2006 

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More